Sajak Cinta, Harapan, dan Doa


Jangan terlalu mengejar nilai, ijasah, nanti kita lupa hakikat belajar yang sebenarnya.
Jangan terlalu mengejar hasilnya, nanti kita lupa hakikat kesuksesan yang sesungguhnya.
Jangan terlalu mengejar kemenangan, piala, trophi, nanti kita lupa hakikat pertandingan.
Jangan terlalu mengejar kehidupan, materi, nanti kita lupa hakikat hidup ini sendiri, dan lupa melaluinya penuh kesyukuran.

Dan terakhir, my dear, jangan terlalu mengejar seseorang, memilikinya, nanti kita tidak akan pernah paham hakikat memiliki sebenarnya.

Cinta bukan sekedar memaafkan.
Cinta bukan sekedar soal menerima apa adanya.
Cinta adalah harga diri.
Cinta adalah rasionalitas sempurna.

Jika kau memahami cinta adalah perasaan irasional, sesuatu yang tidak masuk akal, tidak butuh penjelasan, maka cepat atau lambat, luka itu akan kembali menganga.

Kau dengan mudah membenarkan apapun yang terjadi di hati, tanpa tahu, tanpa memberikan kesempatan berpikir bahwa itu boleh jadi karena kau tidak mampu mengendalikan perasaan tersebut.

Tidak lebih, tidak kurang.
Setidaknya perasaan itu juga sifatnya tidak diskriminatif. Jatuh cinta misalnya, tidak ada diskriminasinya, kalau sampai ada, bisa jadi yang pesek dilarang jatuh cinta sama yang mancung, nyatanya boleh2 saja. Banyak yg pesek berjodoh sama yang mancung, malah kisah cinta mereka spesial.

Setidaknya perasaan itu juga sifatnya bukan ujian nasional. Kalau rasa sayang itu ada UN-nya, bisa jadi, angka kecurangan membumbung tinggi. Lihat saja, orang2 bahkan ingin tahu sekali siapa yang melihat profile FB-nya? Bila perlu dengan software khusus.

Pada akhirnya, ketahuilah, setidaknya perasaan itu juga sifatnya berdiri sendiri. Bahkan ketika ditolak sekalipun, disuruh ngaca sana, dihina dsbgnya, kita tetap bisa bilang itu perasaan, bukan? Tetap bisa disebut cinta, tetap bisa dibilang sayang, bukan?

Maka lengkapilah dengan yang disebut: "kehormatan perasaan", maka insya Allah kita bisa selalu menjaga diri. Jangan tumpah ruah perasaannya, bikin becek di timeline, jangan mau diajak berdua2an, dipegang2, jangan mau. Jangan mau melakukan hal sia-sia hingga merusak diri sendiri. Barangsiapa bisa menjaga kehormatan perasaannya, dia akan bisa menjaga kehormatan dirinya.



Aku beruntung memilikimu. Mencintaimu tanpa syarat tanpa banyak janji dan ambisi.
Kau hanya menjanjikan  kesederhanaan dimasa mendatang yg membahagiakan.
Bismillah, DUNIA KAMI INDAH....

BERSILAT LIDAH

Seorang guru sedang menggelar majlisnya di sebuah ruangan sederhana.


Guru : 'Kalian tahu, ada sebuah nasehat dari orang tua. Sebuah nasehat yg baik.'

Murid antusias bertanya : 'Apa itu guru?'

Guru menjawab sambil tersenyum : 'Yaitu, seseorang bisa masuk surga karena keburukan2nya. Sebaliknya, seseorang bisa masuk neraka karena kebaikan2nya.'

Murid bingung : 'Bagaimana mungkin guru? Itu seperti tidak masuk akal?'

Guru mengangguk : 'Mungkin saja. Ketika seseorang melakukan keburukan2, lantas dia merasa amat bersalah. Tidak henti menyesal, takut pada hukuman Allah. Tidak henti bertobat, gentar sekali dengan siksa Allah. Maka itu boleh jadi membuatnya masuk surga. Sementara, ketika seseorang melakukan kebaikan2 hanya untuk menyombongkan diri, menunjukkan diri, pamer, bertumpuk kesombongan dalam hati, maka meski bergunung kebaikan yang dia perbuat, boleh jadi itu hanya membuatnya masuk neraka.'

Semua murid terdiam, menelan ludah, memikirkan kalimat2 itu. Tetapi apesnya, ada seorang murid (yaitu saya), yang terlalu pintar, tiba-tiba nyeletuk: 'Wah guru, kalau begitu mending bikin maksiat saja ya. Nanti tinggal bertobat. Beres. Daripada bikin kebaikan, repot mikir riya atau tidaknya.'

Ruangan sederhana itu lengang.

Guru menatap saya lamat-lamat : 'Kau tahu, Nak, hanya orang2 munafiklah yang sibuk mempertentangkan sesuatu; memperdebatkan hal yang sudah jelas; mengarang pertanyaan atas hal yang tidak perlu dipertanyakan atau dikomentari lagi, dan mencari2 alasan atas nasehat yang sudah terang benderang. Menyenangkan memang melakukannya. Bersilat lidah. Bicara seolah pintar sekali tapi kosong. Tapi lama-lama kau akan kehilangan pintu hati yang lapang menerima nasehat. Cam-kan itu baik-baik."




*Tere Liye